My Family

Inilah Keluarga Kecilku di Surabaya

Puisi Gus Mus

Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana

Ma Lii Habibun Siwa Muhammad

Aku Mencintai-Mu Tanpa Ku Tahu Siapa Diri-Mu

Tak Kan Terganti

Alunan Simfoni yang Sebenarnya Aku Tak Ingin Mendengarkan Lanjutannya

Tuesday 15 November 2011

Sifat Baqo'

0 comments

Sifat Baqo' adalah wujud yang tidak ada akhirnya.Jika Allah tidak bersifat Baqo', maka Allah bakal  tidak ada. Jika Allah tidak ada, maka Allah adalah hadits, dan tentunya akan butuh muhdits. Maka akan timbul daur  tasalsul yang pada keterangan Sifat Qidam sudah dijelaskan, jelas-jelas muhal.

Tuesday 1 November 2011

Syi'ir Tanpo Waton (Sya'ir Tanpa Judul), Gus Dur

0 comments

Saat masih gesang, banyak opini-opini Gus Dur yang mengundang perhatian publik. Mulai dari opini-opini beliau saat masa orde baru, saat menjabat menjadi Presiden RI, maupun saat sudah lengser (lebih tepatnya dilengserkan, kata Beliau). Opini-opini beliau dianggap kontroversial oleh media, karena seringkali berseberangan dengan opini kebanyakan orang. Gus (sebutan untuk anak kyai di kalangan pesantren) yang dulunya juga menyandang gelar santri (sebutan untuk murid di kalangan pesantren) dan juga bergelar kyai ini menurut sebagian kalangan diyakini memiliki pemikiran yang selangkah lebih maju dibandingkan Bangsa ini.

Tidak hanya ketika masih gesang, semenjak wafatnya Gus Dur 2 tahun lalu, banyak fenomena-fenomena yang berkaitan dengan Almarhum yang mengundang perhatian publik. Mulai dari maqbaroh beliau yang ramai dikunjungi peziarah layaknya maqbaroh para Wali Songo di tanah Jawa ini, sampai yang akhir-akhir ini sedang meroket adalah syi'ir beliau. Di daerah Surabaya dan sekitarnya misalnya, setiap setelah adzan nampaknya syi'ir Gus Dur ini menjadi hal yang wajib diperdengarkan, hehe.. Syi'ir berbahasa Jawa ini  selain dilantunkan beliau dengan nada yang merdu, juga isinya yang merupakan nasihat-nasihat hasil pemikiran Beliau yang sangat dalam artinya. Sehingga tidak heran jika Syi'ir ini digandrungi publik.

Inilah lirik Syi'ir Tanpo Waton tersebut:

Ungkapan Cinta itu Tidak Selalu Sama, Kawan..

0 comments

"Jika aku seorang pujangga, akan kuungkapkan rasa sayangku padamu lewat lantunan puisi yang indah.
Jika aku seorang florist, akan kuungkapkan rasa sayangku padamu lewat bunga mawar yang indah nan harum.
Jika aku seorang seniman, akan kuungkapkan rasa sayangku padamu lewat karya seni yang elok nan cantik."

Begitulah kalimat singkat yang pernah diungkapkan salah seorang dosen kepada saya mengenai perbedaan faham tentang "Sholawatan" (suatu puja-pujian yang biasa dilantunkan untuk Rosulullah yang dikemas dalam bentuk sya'ir-sya'ir yang dilagukan). Memang tidak akan selesai-selesai jika membicarakan tentang perbedaan-perbedaan faham diantara kita, apalagi antara satu dengan yang lainnya tidak ada yang mau mengalah, semua merasa benar.

Sholawatan bagi sebagian umat Islam merupakan suatu bentuk pengungkapan rasa cinta dan rindu kepada Nabi Muhammad SAW. Sya'ir-sya'ir yang dilantunkan pun hanya berkisar tentang puji-pujian kepada beliau, ahlu bait, dan shohabatnya. Begitulah, layaknya anak muda yang sedang jatuh cinta, kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya pasti berkisar tentang memuji, merayu, dll. Jika didapati sya'ir-sya'ir dalam sholawatan kelihatan sedikit berlebihan dalam memuji Rosulullah, hal itu juga yang dilakukan oleh para pemuda kepada wanita yang sedang digilainya. Saat pemuda sedang tergila-gila pada wanita, maka yang dilakukan pemuda tersebut adalah memujinya (nggombal) untuk pedekate dan selanjutnya bisa dekat dengan si dia. Begitulah kiranya sedikit gambaran tentang pertanyaan "mengapa orang-orang mengagung-agungkan Nabi Muhammad sampai membuat syair-syair semacam itu?"

Bagikan Halaman Ini

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More