alam semesta: dalil sifat wujud |
Definisi "WUJUD" dalam kifayatul 'awam dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Pendapat Imam Asy'ari --> Wujud = 'ainul maujud
2. Pendapat selain Imam Asy'ari --> Wujud = ghoirul maujud
Kita berbicara pendapat kedua dulu ya, hehe.. Wujud adalah tingkah yang wajib ada pada maujud (dzat) selama maujud (dzat) itu ada, jadi wujud tidak ada jika dzat tidak ada. Oke..?? Analoginya gini nih: jika dzat terpotong-potong maka wujud tidak terpotong-potong. Jadi menurut pendapat ini, wujud tidak bisa menduduki atau bahkan mengungguli keadaan maujud (dzat), kecuali ketika dapat dilihat. Begitu juga, wujud tidak dapat menduduki atau mengungguli ma'dum (sesuatu yang tidak ada) kecuali memang sesuatu itu tidak ada.
Contoh: Bolpoin. Bolpoin yang kita lihat itu adalah maujud (dzat), sedangkan wujud itu ada pada bolpoin. Jadi wujud akan tetap ada selama bolpoin itu ada, dan tidak terpotong-potong jika bolpoin itu terpotong-potong.
Maujud (dzat) akan mempunyai sifat wujud tanpa adanya alasan tertentu, jika dzat itu ada maka dzat itu pasti bersifat wujud. Berbeda dengan sifat Qudrat, dzat akan mempunyai sifat qudrat harus dengan alasan yaitu dzat tersebut berkuasa, kalo tidak berkuasa ya tidak bersifat Qudrat. Maka dari itu sifat wujud disebut sifat nafsiyyah, yaitu sifat yang berada pada dzat yang dzat tersebut tidak dapat ditemui kecuali harus bersamaan dengan sifat tersebut.
Sekarang kita urai pendapat yang pertama. Menurut pendapat Imam Asy'ari bahwa al-wujudu 'ainul maujud, maka wujud Allah adalah dzat Allah yang tidak lepas pada kenyataannya. Begitu juga wujud makhluk adalah makhluk itu sendiri. Dengan demikian, wujud tidak termasuk hitungan sifat, karena wujud adalah dzat, dan dzat bukan sifat. Kalo begitu sifat Nafsiyyah gimana??, gini... Sifat Nafsiyyah menurut pendapat Imam Asy'ari adalah sifat yang tetap pada Allah. Maka menurut pendapat ini, dzat Allah itu ada dan nyata di dalam kenyataannya, sehingga ketika dihilangkan penghalang kita maka kita dapat melihat dzat/wujud Allah itu sendiri.
Konklusi, pada hakikatnya dzat Allah itu nyata. Wujud bukan dzat Allah menurut pendapat yang kedua. Namun, wujud adalah dzat Allah menurut pendapat yang pertama.
DALIL AQLI TENTANG ADANYA ALLAH
Dalil aqli tentang adanya Allah adalah adanya alam semesta ini, yang isinya adalah a'rodl dan jirim. Lantas mengapa hal ini menjadi dalil?? Jawabannya adalah Karena setiap sesuatu baru pasti ada yang mewujudkannya. Definisi sesuatu baru adalah sesuatu yang antara "ada" dan "tidak ada" kedudukannya adalah sama, yaitu "belum ada" dan "belum tidak ada". Suatu saat jika sesuatu itu "ada" misalnya, maka "tidak ada" menjadi terkalahkan. Dan peristiwa "menangnya ada" dan "kalahnya tidak ada" itu pasti ada yang mempengaruhinya. Jika "ada" menang dengan sendirinya, akal sehat tidak bisa menerima.
Contoh: Umar merencanakan tahun depan akan mempunyai anak yang akan diberi nama Steve. "Ada" dan "tidak ada"nya Steve kedudukannya sama, yaitu "belum ada" dan "belum tidak ada". Di sini tidak dikatakan "tidak ada" tapi "belum tidak ada", karena prediksi Umar akan adanya Steve mungkin benar. Dan jika benar tahun depan Steve lahir, maka "tidak ada" terkalahkan oleh "ada". Sebaliknya, jika Steve tidak lahir, maka "ada" terkalahkan oleh "tidak ada". Di sini kata "belum" dibuang karena sudah tiba tahun depan. Dan peristiwa "menangya ada" dan "kalahnya tidak ada" atau sebaliknya pasti ada yang mempengaruhinya.
Nah, itu merupakan uraian tentang definisi sesuatu baru. Kembali ke awal bahwa sesuatu yang baru pasti ada yang memperbaruinya. Jika sesuatu baru itu hadir dengan sendirinya, akal sehat tidak bisa menerima. Masalah nama yang memperbaruinya (Allah menurut Islam) itu bukan urusan akal. Nama seperti Allah, Ar-Rohman, dll itu datangnya dari Nabi Muhammad.
Kembali lagi, bahwa sesuatu baru pasti ada yang memperbaruinya (yang disini adalah Allah). Maka dalil aqli tentang adanya Allah adalah adanya alam semesta ini sudah masuk akal dan akal sehat bisa menerima. Oke..!!!
okeh setuju
ReplyDelete