Salah satu hal yang paling sering ku lakukan saat sedang gak ada kerjaan adalah membuka file-file tentang Gus Dur di laptop. Ada banyak tulisan maupun video di situ, hehe.. Dan salah satu video yang paling aku sukai adalah saat Mba' Ina membacakan puisi untuk ayahanda tercinta dengan diiringi genjrengan Ebiet G Ade. Puisi itu dibacakan dalam acara "Gitu Aja Kok Repot, In Memoriam Gus Dur 1940-2009" yang ditayangkan oleh salah satu TV swasta sepeninggal Gus Dur. Ya, setelah wafatnya Gus Dur ada banyak sekali tayangan-tanyangan televisi yang mengenang hidup beliau, termasuk salah satunya adalah tayangan ini.
Dalam acara tersebut hadir tiga putri Gus Dur; Mba' Nita, Mba' Yenny, dan Mda' Ina. Selain itu juga banyak teman-teman Gus Dur dan orang-orang yang pernah dekat dengan Gus Dur. Banyak sekali cerita-cerita yang muncul. Mulai dari cerita keseharian Gus Dur yang diceritakan oleh ketiga putrinya serta Pak Mahfud MD, cerita zaman Gus Dur kuliah yang diceritakan oleh Gus Mus, cerita zaman Gus Dur menjabat presiden yang diceritakan oleh Pak Wimar dan Pak Adi Massardi (mantan Jubir Kepresidenan) serta Pak Wahyu (mantan ketua protokoler istana), dan cerita-cerita seru lain. Selain nam-nama tersebut, hadir juga dari kalangan seniman; seperti Aswendo, dari kalangan budayawan; ada Jaya Suprana, tokoh lintas agama; ada Romo Mudji dan Frans Magnis Suseno, dari kalangan penyiar dan reporter; Lita Soedarto, entertainer; seperti Inul, serta tidak ketinggalan tokoh intelektual; Masdar Farid dan Zuhairi Misrawi. Sangat seru cerita-cerita yang dibawakan oleh semuanya. Banyak kisah-kisah yang diungkapkan oleh para narasumber yang semuanya sangat sayang untuk tidak kita ketahui. Diantaranya adalah cerita saat Gus Dur "menipu" Gus Mus yang hendak berangkat kuliah ke kampus (di Al Azhar Kairo ketika itu) tapi malah berhenti di bioskop untuk nonton film, juga cerita-cerita lucu saat beliau menjabat sebagai presiden RI yang sangat sederhana.
Dari kesemuanya, menurut saya yang paling mengesankan adalah saat penutupan yang diisi oleh puisi yang dibacakan mba' Ina. Sayang dalam tayangan tersebut ada satu bait puisi yang terputus. Berikut adalah puisi yang sangat menyayat hati itu..
Bapak, boleh aku minta tolong diajari?
Bantu aku memahami
Karena bapak kan katanya presiden paling pandai seantero negeri
Intelektualitasnya sudah diakui
Mbok ya anakmu ini diajari
Memahami semua ironi ini
Pak, kenapa dulu mereka selalu menghina?
Mengatakan presiden kok buta
Padahal kenyataannya bapak lo yang sebenarnya mengajari kita
Untuk melihat manusia seutuhnya
Tanpa embel-embel jabatan atau harta, suku atau agama
Tak peduli bagaimana rupanya
Pak, kenapa dulu mereka melecehkan?
Mengatakan presiden kok gak bisa jalan sendirian
Harus dituntun kemana-mana
Padahal kenyataannya bapak lah yang sebenarnya menuntun rakyat indonesia
Menuju demokrasi dan keadilan yang sesungguhnya
Pak, bisa tolong jelaskan
Kenapa orang2 yang dulu bapak besarkan malah akhirnya menjatuhkan
Menggigit tangan orang yang memberi mereka makan
Apa mereka lupa dengan yang bapak ajarkan
Bahwa hidup adalah pengabdian yang tidak boleh meminta harta atau jabatan
Pak, tolong kirimi kami jawaban
Lewat mimpi atau pertanda
Lewat simbol juga akan aku terima
Pak, tolong Pak
Tolong Aku diajari
Jakarta, 12 Februari
No comments:
Post a Comment