Entah kenapa akhir-akhir ini aku sering sekali membuka folder Gus Dur di laptopku. Di tengah-tengah kegundahanku ngoding buat TA yang nggak nemu-nemu hidayah (hoho..) folder yang paling sering aku buka hanya 2; Sholawat Bib Syech dan Gus Dur. Folder Sholawat Bib Syech, jelas karena saya tidak bisa belajar dalam kondisi tenang maka lantunan-lantunan Sholawat Bib Syech inilah yang selalu menemaniku, sangat syahdu. Tapi folder Gus Dur?? Ya, setiap otakku bingung mau kemana lagi nggak nemu jalan buat nglanjutin codingan, folder inilah yang sering aku buka, entah kenapa. Padahal sudah sering sekali aku membaca biografi beliau, membaca lelucon-lelucon beliau, menonton pengajian beliau, mendengarkan cerita-cerita tentang beliau. Nampaknya aku memang tengah merindukan sosok-sosok seperti beliau dalam Bangsa ini.
Saat negara ini semakin diinjak-injak oleh politik tidak jelas ini, saat Bangsa ini tengah menantikan siapa saja bakal calon pemimpin negeri ini, saat itulah aku merindukan tokoh seperti beliau. Tak terasa sudah 3 tahun beliau meninggalkan Bangsa ini, meninggalkan
orang-orang yang mengidolakannya, dan yang paling menyakitkan yaitu
menggagalkan satu cita-citaku waktu kecil: salaman dengan beliau. Sejujurnya, air mata malam itu masih belum bisa terhapus dari pipiku. Memang tidak hanya aku yang masih merasakan kesedihan itu, Bangsa ini pun sejatinya masih sedih. Seperti kata Najwa Shihab berikut ini:
"Gus Dur pelucu politik sejati, DPR dulu dijulukinya taman kanak-kanak sekarang turun kelas jadi play group.
Ia bergurau tentang apa saja termasuk para pemimpin pendahulunya. Sebagai kepala negara ia minta maaf pada keluarga korban peristiwa 1965 yang hidup menderita. Kolumnis sepak bola itu mengembalikan TNI ke barak.
Penggerak massa yang kharismatis itu mengantarkan Indonesia menjadi demokrasi baru yang kembali disegani di dunia.
Sosok yang mau bersahabat dengan siapa saja itu dimakzulkan dari jabatan presiden gara-gara skandal bulloggate, korupsi yang belum terbukti, yang jumlah rupiahnya tak seujung kelingking dibandingkan skandal bank century.
Gus, kami masih sedih karena masih belum tahu mau dibawa kemana bangsa ini.........."
Masih adakah seorang pemimpin seperti beliau di negeri ini? Seperti
harap Gus Sholah, "Seharusnya ada jiwa-jiwa seperti beliau di negeri ini
pada setiap berapa puluh tahun, dan seharusnya sekarang ada tokoh
kelahiran 70-an yang berprinsip seperti beliau". Yah, aku hanya bisa
berharap semoga Allah mencarikan pengganti beliau untuk negeriku
tercinta ini. Semoga kerinduanku dan Bangsa Indonesia akan sosok beliau
dijawab oleh Allah. Amiiin...
tidak akan ada lagi orng seperti gus dus, Tuhan menciptakan hambahnya dengan begitu sepurna tidak akan sama satu sama lain, dan yang jelas akan ada lagi pengganti yang lebih baik lagi dari beliau, gitu aja kok repot..ahaha
ReplyDeleteAmiiinn...
Delete