Lagi-lagi aku terpesona dengan puisi mas Ammar. Campuran bahasanya yang selalu nampak menambah indah baris demi baris sajak itu menjadi ciri khas puisinya. Istilah-istilah yang dimunculkan selalu menampakkan kedalaman pengetahuannya dalam berseni. Inilah "Nama Keseratus", puisi yang sedikit banyak mengingatkan kita kepada Al Hallaj dan Syekh Siti Jenar.
===========================
Di ujung malam temaram bertabur wirid
Seorang guru bersila bersama murid
Seorang guru bersila bersama murid
Asma Tuhan mengalun sahut bersahut
Nasut mesra dalam asmara Lahut
Nasut mesra dalam asmara Lahut
Sang arif lirih bermunajat ya Ghafur
Sang murid pun menyebut sampai ya Shabur
Sang murid pun menyebut sampai ya Shabur
Asmaul husna bergema dan berdengung
Sembilan puluh Sembilan nama agung
Sembilan puluh Sembilan nama agung
Tiba-tiba wirid sang murid terputus
Dan bertanya tentang nama keseratus
Dan bertanya tentang nama keseratus
Mursyid masih larut dalam berdzikir
Sang murid pun semakin dalam berpikir
Sang murid pun semakin dalam berpikir
Karna sang murid tak bermaksud mengganggu
Diam ia bersabar untuk menunggu
Syeikh habiskan doa serta wiridnyaDiam ia bersabar untuk menunggu
Lalu ia berbalik pada muridnya
Hai siswa, hai murid yabnal halal
Dengarkanlah agar kelak tiada sesal
Dengarkanlah agar kelak tiada sesal
Nama keseratus yang engkau cari
Itu tersimpan rapat di dalam diri
Itu tersimpan rapat di dalam diri
Renungkan kembali engkau siapakah?
Bishuratin minni Tuhanmu bertitah
Bishuratin minni Tuhanmu bertitah
Asma adalah Dzat yang tlah menjelma
Dari kesunyian Dia pun menggema
Dari kesunyian Dia pun menggema
Sang Ghaib Mutlak yang Yara wa la Yura
Bersurat dalam dirimu ‘alats-tsara
Bersurat dalam dirimu ‘alats-tsara
Kala engkau berjalan menebar kasih
Menaburkan rahmat tanpa pilih kasih
Menaburkan rahmat tanpa pilih kasih
Kala kau berhikmah dalam tutur laku
Kala engkau fana saat bilang “aku”
Kala engkau fana saat bilang “aku”
Kala engkau dapat mengganti yang raib
Bagi sluruh manusia kau tutup aib
Bagi sluruh manusia kau tutup aib
Kala engkau membangun hati yang hancur
Kala engkau seka tangis yang terkucur
Kala engkau seka tangis yang terkucur
Kala di hadapan teman atau musuh
Kau mengasih, kau mengasah kau asuh
Kau mengasih, kau mengasah kau asuh
Fi qulubil mukminin istanamu
Kafirin bila datang pun kau jamu
Kafirin bila datang pun kau jamu
Di titik terjauh yang paling sesat
Pada Tuhan kau bimbing untuk melesat
Pada Tuhan kau bimbing untuk melesat
Biarpun kal an’am dan bal hum adhall
Kau gembala mereka sebelum ajal
Kau gembala mereka sebelum ajal
Taqarrub bin nawafil tentu kau ingat
Hatta uhibbuhu janji yang terikat
Hatta uhibbuhu janji yang terikat
Telingamu akan jadi telinga-Nya
Dari matamu kan terpancar mata-Nya
Dari matamu kan terpancar mata-Nya
Kala kau berjalan, orang yang melihat
Pada Tuhan mereka jadi teringat
Pada Tuhan mereka jadi teringat
Kala dirimu ini bukan kau lagi
Hanya ada Tuhan, bukan kau lagi
Hanya ada Tuhan, bukan kau lagi
Kala engkau kosong bagai seruling
Dalam ronggamu firman Tuhan berguling
Dalam ronggamu firman Tuhan berguling
Kala cinta dalam dirimu menggala
Kala amal bukan karena pahala
Kala amal bukan karena pahala
Bila semua itu ada padamu
Nama keseratus adalah namamu
Nama keseratus adalah namamu
Nama keseratus adalah namamu
Bila dirimu tak di balik namamu
Bila dirimu tak di balik namamu
Belum selesai Syeikh dalam bertutur
Tiba-tiba sang murid pingsan tersungkur
Tiba-tiba sang murid pingsan tersungkur
Berat di kata lebih berat di amal
Namun harus dicoba sebelum ajal
Namun harus dicoba sebelum ajal
Sebelum umur dan nafasmu terputus
Jadikan namamu nama keseratus
Jadikan namamu nama keseratus
Ammar pun ingin jadi nama Tuhan
"Diri" masih ada, harapan tertahan
"Diri" masih ada, harapan tertahan
No comments:
Post a Comment