Tuesday 1 November 2011

Ungkapan Cinta itu Tidak Selalu Sama, Kawan..


"Jika aku seorang pujangga, akan kuungkapkan rasa sayangku padamu lewat lantunan puisi yang indah.
Jika aku seorang florist, akan kuungkapkan rasa sayangku padamu lewat bunga mawar yang indah nan harum.
Jika aku seorang seniman, akan kuungkapkan rasa sayangku padamu lewat karya seni yang elok nan cantik."

Begitulah kalimat singkat yang pernah diungkapkan salah seorang dosen kepada saya mengenai perbedaan faham tentang "Sholawatan" (suatu puja-pujian yang biasa dilantunkan untuk Rosulullah yang dikemas dalam bentuk sya'ir-sya'ir yang dilagukan). Memang tidak akan selesai-selesai jika membicarakan tentang perbedaan-perbedaan faham diantara kita, apalagi antara satu dengan yang lainnya tidak ada yang mau mengalah, semua merasa benar.

Sholawatan bagi sebagian umat Islam merupakan suatu bentuk pengungkapan rasa cinta dan rindu kepada Nabi Muhammad SAW. Sya'ir-sya'ir yang dilantunkan pun hanya berkisar tentang puji-pujian kepada beliau, ahlu bait, dan shohabatnya. Begitulah, layaknya anak muda yang sedang jatuh cinta, kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya pasti berkisar tentang memuji, merayu, dll. Jika didapati sya'ir-sya'ir dalam sholawatan kelihatan sedikit berlebihan dalam memuji Rosulullah, hal itu juga yang dilakukan oleh para pemuda kepada wanita yang sedang digilainya. Saat pemuda sedang tergila-gila pada wanita, maka yang dilakukan pemuda tersebut adalah memujinya (nggombal) untuk pedekate dan selanjutnya bisa dekat dengan si dia. Begitulah kiranya sedikit gambaran tentang pertanyaan "mengapa orang-orang mengagung-agungkan Nabi Muhammad sampai membuat syair-syair semacam itu?"

Kemudian bagaimana dengan lafadz sayyidun yang sering diperdebatkan itu?? Oke, kita lihat dulu. Lafadz sayyidun dalam ilmu Balaghoh masuk dalam kategori kulliy musytarok atau lebih gampangnya satu kata yang memiliki arti banyak. Ada yang memiliki arti Tuhan (diambil dari dasar hadits Bukhori "Assayyidu Allahu" yang berarti Tuhan itu Allah), ada yang memiliki arti Pemimpin (diambil dari dasar Al-Qur'an Surat Ali Imron). Jika kita menggunakakan arti yang pertama untuk kalimat Sayyidina Muhammad, maka syirik. Tapi kalau yang dipakai adalah arti yang kedua, memang sudah sepantasnya. Maka yang dimaksudkan di sini (pada penyebutan sayyidina Muhammad) bukan untuk me"nuhan"kan. Bisa dilihat dalam perbincangan antara malaikat Jibril dengan Nabi Zakariyya dalam Surat Ali Imron ayat 39, dijelaskan bagaimana Nabi Zakariyya dikaruniai putra bernama Yahya yang akan menjadi sayyid.

Bid'ah??
Bid'ah menurut  bahasa adalah membuat sesuatu tanpa meniru (tanpa ada contoh sebelumnya),
contoh:  بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ  (Dialah Allah) Pencipta langit dan bumi. Menggunakan kata badi'u karena sebelumnya belum ada langit dan bumi.
Sedangkan menurut istilah Ibnu Taimiyyah adalah suatu perkara yang dianggap wajib atau sunnah yang tidak disyari'atkan oleh Allah dan Rasul-Nya,

Masih ingat cerita bagaimana gigihnya Sayyidina Umar bin Khottob meyakinkan Sayyidina Abu Bakar untuk membukukan Al-Qur'an dengan wataknya yang keras dan pemberani? Bagaimana seandainya dulu Sayyidina Abu Bakar pada saat kepemimpinannya tetap dengan pendiriannya menolak usulan Sayyidina Umar bin Khottob tentang pembukuan Al-Qur'an dengan alasan Rosulullah tidak pernah menyuruh untuk membukukan Al-Qur'an??, tentunya kita dan generasi zaman sekarang tidak kenal dengan Al-Qur'an. Hal tersebut adalah baru, karena pada masa Rasulullah pembukuan Al-Qur'an tidak pernah dianjurkan. Maka menurut Imam Al Ghozali dalam kitab Minhajul 'Abidin, hal ini adalah bid'ah wajib. Menurut beliau, Bid'ah dibagi menjadi 5 macam: Bid'ah wajib, sunnah, makruh, haram, dan mubah.

Tentunya melantunkan Sholawat itu juga bid'ah, karena pada masa Rasulullah hal itu tidak ada. Tapi apakah ini termasuk bid'ah yang buruk?? Dengan analogi di atas, Allahu A'lam..

No comments:

Post a Comment

Bagikan Halaman Ini

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More