Tuesday 2 December 2014

Hidup Ini Ibarat Rel Kereta, Kawan


Kalau aku boleh menganalogikan, hidup ini ibarat kereta dengan relnya. Setiap kereta berjalan di atas relnya masing-masing. Tidak ada kereta yang berjalan seenaknya sendiri keluar dari rel. Bahkan di setiap persimpangan, rel harus ditata dulu sebelum kereta melewatinya.

Semua telah diatur dengan teratur untuk menjalankan kereta dari satu tempat ke tempat yang lain.

Begitulah hidup. Tuhan adalah aktor di balik kehidupan ini. Ia maha merencanakan sekaligus maha menjalankan. Dengan kekuasaanNya (Qudrat), Ia mengatur semua yang telah Ia ciptakan. Tak ada satu pun yang bertindak seenaknya di luar perencanaanNya (Irodat). Begitu juga tak ada satu pun yang memiliki kuasa selain kuasaNya.

Kita kenyang bukan karena kita makan. Kita kenyang karena Qudrat dan Irodat Tuhan mengatakan bahwa kita kenyang pada tempat dan waktu yang telah ditentukan. Kita makan bukan karena kita ingin makan. Kita makan karena Qudrat dan Irodat Tuhan mengatakan bahwa kita makan pada tempat dan waktu yang telah ditentukan. Kita baru ingin makan saja itu karena Qudrat dan Irodat Tuhan mengatakan begitu. Masalah nanti akhirnya ada sunnatullah (hukum alam) kausalitas antara lapar, ingin makan, makan, dan kenyang itu dikarenakan Qudrat dan Irodat Tuhan mengatakan demikian. Pada hakikatnya adalah begitu.

Qudrat dan Irodat Tuhan tidak terbatas saat dimensi kita adalah hal-hal yang mungkin. Apakah kuasa Tuhan terbatas? Iya, kuasa Tuhan terbatas. Contoh; Tuhan tidak mampu menciptakan batu yang Ia sendiri tidak kuat mengangkatnya. Atau lagi; Tuhan tidak kuasa membuat Tuhan tandingan seperti membuat gubernur tandingan. Dalam kitab Kifayatul Awam dijelaskan bahwa sifat Qudrat tidak berta'alluq pada hal-hal yang mustahil. Tuhan lebih dari satu adalah hil yang mustahal, begitu juga Tuhan tidak kuat mengangkat batu.

Namun untuk hal-hal yang mungkin terjadi, Qudrat dan Irodat Tuhan tidak terbatas. Rel di depan kita sudah direncanakan sedemikian rupa oleh Tuhan. Kita tidak mungkin keluar dari rel kita masing-masing. Misalnya kita mencoba menipu Tuhan, sengaja kita tidak makan selama berminggu-minggu agar meningggal. Kemudian saat kita benar-benar mau meninggal, saat Izroil sudah berangkat menjemput, makanlah kita, dan tidak jadi meninggal. Apakah kemudian kita menganggap Izroil tertipu? Tuhan tertipu? Tidak kan? Benar, karena memang rel kita sudah diatur Tuhan sedemikian rupa agar kita mencoba menipu Tuhan, agar kita sengaja tidak makan selama berminggu-minggu, agar kita menganggap Izroil sudah berangkat menjemput, dan seterusnya. 

Begitulah hakikatnya kehidupan, kawan. Tak ada yang lepas dari pengawasanNya. Tak ada yang melenceng dari rencanaNya. Maka janganlah mudah angkuh merasa kita mampu ini mampu itu, janganlah mudah sombong karena rencana-rencana kita ternyata berhasil. Tuhanlah dibalik semua itu..

No comments:

Post a Comment

Bagikan Halaman Ini

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More