Wednesday 3 December 2014

Hidup Tak Melulu Tentang Surga dan Neraka

Atas nama apapun atau siapapun
Kami yakin tiada yang pantas masuk ke surga Tuhan
Namun atas nama apapun atau siapapun pula
Kami yakin tiada yang kuat berada di neraka Tuhan
Maka tiada yang pantas menyatakan kebenaran itu di surga dan kesalahan di neraka
Karena kami yakin surga dan neraka urusan ridlo Tuhan
Penggalan puisi di atas ku tuliskan 2 taun yang lalu, tepat pada saat ulang tahun Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dua tahun berselang, hari ini aku pun masih setuju dengan tulisanku itu. Allah adalah raja diraja yang menguasai kehidupan. Setiap jengkal rel kehidupan ini tak kan pernah luput dari Qudrat dan Irodat-Nya. Semua kereta berjalan menurut relnya masing-masing yang telah ditataNya rapi. Begitulah kehidupan yang ku ibaratkan rel kereta.

Jika analogiku tentang kehidupan ini benar, maka tak ada satupun makhluk yang layak meminta neraka, apalagi mengharapkan surga.

Apapun yang kita kerjakan adalah karena Qudrat dan Irodat-Nya. Tak ada yang bisa kita banggakan sama sekali dari diri kita. Lantas, masih pantaskah kita meminta balasan?. Sudah selayaknya kita tak meminta imbalan pada Tuhan atas setiap "pekerjaan" dan "rencana"-Nya sendiri.

Surga neraka hanyalah dua nama dari sekian banyak nama makhluk-Nya. Keduanya juga termasuk bagian dari rencana-Nya. Jika Allah telah merencanakan masuk surga, tak ada satupun yang mampu membuat masuk neraka. Begitu juga sebaliknya. Jangan hanya karena kita rajin sholat lantas kita merasa kita akan masuk surga. Jangan hanya karena saudara kita tak pernah terlihat sholat lantas kita menerakakan dia. Surga dan neraka bukanlah urusan kita. Jadi, janganlah mengharapkan surga dari puasa kita. Janganlah mendambakan pahala dari sholat kita.  Sebesar apapun amal baik kita, tak akan mampu membuat kita melewati pintu surga. Surga neraka hanyalah urusan ridlo-Nya, kasih sayang-Nya, cinta-Nya. Maka, dekatilah Ia, gapailah ridlo-Nya, ambillah cinta-Nya. Toh dimanapun tempatnya, jika bersama dengan ridlo-Nya, maka surga dan neraka tidaklah berbeda.

Namun, apakah pantas si miskin hina yang paling lemah dan paling bodoh ini mendapatkan cinta Tuhannya? Urusan pantas tidak pantas urusan Tuhan.

No comments:

Post a Comment

Bagikan Halaman Ini

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More