My Family

Inilah Keluarga Kecilku di Surabaya

Puisi Gus Mus

Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana

Ma Lii Habibun Siwa Muhammad

Aku Mencintai-Mu Tanpa Ku Tahu Siapa Diri-Mu

Tak Kan Terganti

Alunan Simfoni yang Sebenarnya Aku Tak Ingin Mendengarkan Lanjutannya

Thursday, 4 October 2012

Puisi Mba' Ina Untuk Gus Dur

0 comments

Salah satu hal yang paling sering ku lakukan saat sedang gak ada kerjaan adalah membuka file-file tentang Gus Dur di laptop. Ada banyak tulisan maupun video di situ, hehe.. Dan salah satu video yang paling aku sukai adalah saat Mba' Ina membacakan puisi untuk ayahanda tercinta dengan diiringi genjrengan Ebiet G Ade. Puisi itu dibacakan dalam acara "Gitu Aja Kok Repot, In Memoriam Gus Dur 1940-2009" yang ditayangkan oleh salah satu TV swasta sepeninggal Gus Dur. Ya, setelah wafatnya Gus Dur ada banyak sekali tayangan-tanyangan televisi yang mengenang hidup beliau, termasuk salah satunya adalah tayangan ini.

Dalam acara tersebut hadir tiga putri Gus Dur; Mba' Nita, Mba' Yenny, dan Mda' Ina. Selain itu juga banyak teman-teman Gus Dur dan orang-orang yang pernah dekat dengan Gus Dur. Banyak sekali cerita-cerita yang muncul. Mulai dari cerita keseharian Gus Dur yang diceritakan oleh  ketiga putrinya serta Pak Mahfud MD, cerita zaman Gus Dur kuliah yang diceritakan oleh Gus Mus, cerita zaman Gus Dur menjabat presiden yang diceritakan oleh Pak Wimar dan Pak Adi Massardi (mantan Jubir Kepresidenan) serta Pak Wahyu (mantan ketua protokoler istana), dan cerita-cerita seru lain. Selain nam-nama tersebut, hadir juga dari kalangan seniman; seperti Aswendo, dari kalangan budayawan; ada Jaya Suprana, tokoh lintas agama; ada Romo Mudji dan Frans Magnis Suseno, dari kalangan penyiar dan reporter; Lita Soedarto, entertainer; seperti Inul, serta tidak ketinggalan tokoh intelektual; Masdar Farid dan Zuhairi Misrawi. Sangat seru cerita-cerita yang dibawakan oleh semuanya. Banyak kisah-kisah yang diungkapkan oleh para narasumber yang semuanya sangat sayang untuk tidak kita ketahui. Diantaranya adalah cerita saat Gus Dur "menipu" Gus Mus yang hendak berangkat kuliah ke kampus (di Al Azhar Kairo ketika itu) tapi malah berhenti di bioskop untuk nonton film, juga cerita-cerita lucu saat beliau menjabat sebagai presiden RI yang sangat sederhana.

Dari kesemuanya, menurut saya yang paling mengesankan adalah saat penutupan yang diisi oleh puisi yang dibacakan mba' Ina. Sayang dalam tayangan tersebut ada satu bait puisi yang terputus. Berikut adalah puisi yang sangat menyayat hati itu..

Memperingati 1000 Hari Wafatnya Guru Bangsa

2 comments

Tepat seminggu yang lalu ku ikuti kaki ini melangkah menuju impian kecilnya. Kala itu hari Kamis bertepatan dengan tanggal 27 September 2012. Terik matahari begitu menyengat saat aku keluar dari tempat dimana biasanya aku tinggal. Siang hari memang. Ketika itu kakiku mulai merealisasikan rencana yang sudah satu minggu sebelumnya dicatat. Dengan semangat yang sangat membuncah, ku lewati jalan Surabaya-Jombang dngan menaiki bis. Singkat cerita pukul 20.00 sampailah aku beserta penumpang bis lainnya di kotanya Ponari. Kanan kiri jalan sudah mulai terlihat suasana ramai kota Jombang. Memang, hari itu adalah 1000 hari wafatnya Al Maghfur Lah Gus Dur yang diperingati di Ciganjur dan di Makam beliau di Tebuireng. 

Sudah kuduga sebelumnya, jalanan Jombang menuju Tebuireng ditutup karena banyaknya pengunjung yang menyempatkan hadir dalam peringatan tersebut. Ya sudahlah, akhirnya sopir membelokkan ke jalan alternatif. Sebagai gantinya, aku harus turun dan melanjutkan perjanan dengan jalan kaki. Tidak hanya aku, ternyata dalam bis tersebut juga ada beberapa orang yang satu tujuan denganku. Akhirnya kami berjalan bersama. Tak disangka, ternyata di tengah perjalanan sebuah motor yang memiliki bak di belakangnya berhenti menghampiri kami. Alhamdulillah.. Kami diantarkan sampai pada keramaian pengunjung. Dari situ langsung kupacu kakiku untuk bergegas masuk ke dalam komplek pondok. Dengan berjejal-jejalan akhirnya aku berhasil masuk ke pondok, dan akhirnya juga bisa masuk ke komplek makam. Alhamdulillah lagi...:)

Sampai di situ, pidato ternyata sudah dimulai. Gus Sholah membuka semua pidato, kemudian dilanjutkan Gus Umar, Pak Tholhah, dan Mbah Maimun. Super sekali, keempat-empatnya menyampaikan isi pidato sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Bagikan Halaman Ini

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More