Thursday, 31 December 2020

Selamat Ulang Tahun Yang Pertama, Anakku

Tepat setahun yang lalu ibumu kesakitan di ranjang rumah sakit Kartika. Tapi tak usah khawatir, ibumu pernah merasakan sakit yang sama, sebelumnya, bahkan sebanyak 2 kali. Dua kali kehamilan ibumu pernah keguguran, sebelum akhirnya Tuhan mengijinkannya melahirkanmu.

Bedanya, kali ini aku bisa menemaninya merasakan sakitnya. Sebelumnya, 2 kali ibumu merasakan sakitnya keguguran di ranjang rumah sakit, sendirian. Sementara aku, bapakmu, harus mengurus administrasi rumah sakit.

Malam itu, malam tahun baru penanggalan masehi tahun 2020, ucapan sholawat tak henti keluar dari bibirku saat menemani ibumu. Itulah yang biasa bapak lakukan dalam kondisi terpepet dan tak tau lagi harus bagaimana. Sementara di sisi lain, 3 orang bidan sedang berjuang melahirkanmu ke dunia yang penuh tipu daya ini.

Dan akhirnya, tepat tengah malam, tangismu pecah beriringan dengan suara-suara letusan kembang api alun-alun kota ini. Alhamdulillah  alhamdulillah, ucapku lirih saat itu, bersyukur kepada Tuhan yang telah melancarkan kelahiranmu.

Setelah kau dimandikan, ku kenalkan Tuhan dan kekasihNya di kedua telingamu. Kelak kau akan mencari jalan menujuNya.

Ohya, saat itu kunamai engkau Farhad Ulil Albab agar engkau tumbuh menjadi seorang pecinta, bukan pembenci. Farhad adalah tokoh pecinta yang begitu masyhur dalam sastra Persia. Dan Albab adalah bentuk plural dari kata Lubb: lapisan hati yang terdalam, hati nurani. Lubb merupakan cermin dalam hatimu. Ialah pantulan cahaya ketuhanan dalam dirimu. Harap kami, enkaulah pemilik cermin yang jernih dalam dirimu sendiri. Kelak akan aku ceritakan hubungannya dengan hadits terkenal "man `arafa nafsahu faqod `arafa rabbahu".

Karena namamu itulah, bapak dan ibumu bertekad untuk terus mengajarkan cinta kepadamu. Kami terus berusaha saling mengingatkan untuk menghindari mengajarkan benci, marah, blaming, dan sejenisnya. Dengan tumbuh di lingkungan yang penuh cinta, kami berharap kau tumbuh menjadi seorang salik, pencari jalan Tuhan, dengan penuh cinta pula.

Nak, semenjak kehadiranmu, rumah ini menjadi begitu ramai. Tidak masalah meski mainanmu berserakan di mana-mana, nanti bisa bapak rapikan kembali. Tidak masalah jika kau menumpahkan makanan atau minuman, nanti ibumu akan mengepelnya dengan senang hati.

Kehadiranmu seperti memberikan kekuatan tambahan kepada bapak dan ibumu. Meski kelelahan pulang kerja, ibumu tetap ceria menuntunmu berlatih berjalan. Saat sakit, biasanya kau tidak bisa tidur nyenyak, hampir semalaman ibumu menggendongmu agar kau nyaman dalam tidurmu.

Kini, umurmu telah berkurang satu tahun. Rasanya, belum lama aku bisa memandikanmu, kini kau sudah lincah bermain sendiri di embermu. Rasanya, baru kemarin kau memaksa bapak ibumu ini begadang tiap malam, kini kami sudah kembali terbiasa terlelap tiap malam. Satu tahun yang begitu cepat bagi kami. Tetap ceria ya, Nak.

No comments:

Post a Comment

Bagikan Halaman Ini

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More