Entah kenapa akhir-akhir ini aku sering sekali membuka folder Gus Dur di laptopku. Di tengah-tengah kegundahanku ngoding buat TA yang nggak nemu-nemu hidayah (hoho..) folder yang paling sering aku buka hanya 2; Sholawat Bib Syech dan Gus Dur. Folder Sholawat Bib Syech, jelas karena saya tidak bisa belajar dalam kondisi tenang maka lantunan-lantunan Sholawat Bib Syech inilah yang selalu menemaniku, sangat syahdu. Tapi folder Gus Dur?? Ya, setiap otakku bingung mau kemana lagi nggak nemu jalan buat nglanjutin codingan, folder inilah yang sering aku buka, entah kenapa. Padahal sudah sering sekali aku membaca biografi beliau, membaca lelucon-lelucon beliau, menonton pengajian beliau, mendengarkan cerita-cerita tentang beliau. Nampaknya aku memang tengah merindukan sosok-sosok seperti beliau dalam Bangsa ini.
Saat negara ini semakin diinjak-injak oleh politik tidak jelas ini, saat Bangsa ini tengah menantikan siapa saja bakal calon pemimpin negeri ini, saat itulah aku merindukan tokoh seperti beliau. Tak terasa sudah 3 tahun beliau meninggalkan Bangsa ini, meninggalkan
orang-orang yang mengidolakannya, dan yang paling menyakitkan yaitu
menggagalkan satu cita-citaku waktu kecil: salaman dengan beliau. Sejujurnya, air mata malam itu masih belum bisa terhapus dari pipiku. Memang tidak hanya aku yang masih merasakan kesedihan itu, Bangsa ini pun sejatinya masih sedih. Seperti kata Najwa Shihab berikut ini: